Sabtu, 06 Agustus 2016

Hari Ini

Liburan dan kejenuhan beraktivitas

Ada kalanya seseorang membutuhkan kesendirian, jauh dari gegap gempita dunia, sibuknya lalu lalang sosial media yang teramat fana, atauh bahkan hiruk pikuknya omong kosong orang-orang sekitar. Tidak sedikit memang manusia akhir zaman seperti sekarang ini lelah dan penat dengan keadaan sekitar, baik hal tersebut timbul dari lingkungan maupun orang-orang disekelilingnya.

Maka tak heran jikalau kita mendapati trend hobi baru yaitu traveling atau jalan-jalan. ada waktu luang sedikit, mengunjungi lokasi wisata A, long weekend berikutnya mencoba ke lokasi B, begitu seterusnya. Selain memang virus pamer di sosmed yang kian menerjang sehingga orang senang sekali untuk foto-foto di berbagai tempat. Muak dan bising dengan aktivitas sehari-hari adalah salah satu alasan kuat mengapa hobi ini kian menggeliat.

Tidak memandang status sosial dan tingkatan ekonomi. Sehingga akan kita dapati beragam cara orang-orang untuk berlibur. Ada yang liburan dengan kelas super mewah mengelilingi penjuru dunia, tak luput pada destinasi-destinasi favoritnya. Atau mereka yang terbatas pada kemampuan ekonomi, ala kadarnya yang penting hati senang. Semuanya sah-sah saja.

Sayangnya, tak ayal hiburan itu adalah layaknya obat penghilang rasa sakit belaka. Sejenak menyembukan stress dan rasa jenuh pada keadaan sehari-hari yang kian membebani. Namun, ketika liburan itu telah usai di dapatiah keadaan yang sama persis seperti sedia kala yang menimbulkan berbagai macam gejala. Kembalilah berkubang pada hal-hal yang tak diinginkan.

Baru sesaat bekerja menjalankan aktivitas normal, sudah kembali merindukan suasana liburan. Celakanya, terjerat pada lingkaran setan pola hidup yang mendamba hari esok. Hari ini bekerja mati-matian agar memiliki uang untuk berlibur. Dan ketika berlibur diluapkanlah segala beban pikiran dan juga uang yang telah susah payah dikumpulkan selama bekerja. Bekerja untuk  berlibur dan berlibur untuk mengobati luka akibat bekerja.

Seseorang sering kali terlupa untuk menikmati hari ini. Padahal, hidup yang paling utama adalah kehidupan saat ini. Masa lalu hanyalah sejarah yang tak akan bisa berubah dan masa depan tak lebih dari sebuah misteri. Hanya dengan aksi di hari ini, yang bisa menentukan kedepannya akan seperti apa.

Karena orang yang benar benar hidup adalah mereka yang bisa menerima masa lalunya, dan siap menghadapi hari esok tanpa melupakan apa yang harus ia jalani hari ini.

Hargai apa yang ada di sekitar

Contoh-contoh tersebut mungkin tidak semua pernah mengalami, atau paling tidak, keadaannya tidak seekstrim itu. Meski demikian, tetap saja ada satu problema yang pasti mengganjal di relung-relung setiap insan. Jenuh, baik sedikit maupun banyak. Sejumput rasa keengganan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Tidak ada semangat tercipta, hanya dilakukan sebagai konsekuensi dari sebuah kehidupan. Malas belajar, jenuh kuliah, enggan bekerja, bosan bertengkar, dan lain sebagainya.

Lantas apa yang bisa diperbuat? Memang manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari rasa jenuh tersebut. Namun apabila kita bisa melihatnya melalui kaca mata syukur, seluruh keadaan tersebut mungkin perlahan akan membaik. Bersyukur pada keadaan yang ada, karena bisa saja hal-hal yang saat ini dikeluhkan adalah suatu keadaan yang justru sangat diharapkan oleh orang lain.

Saat jenuh berada di rumah karena keadaan keluarga yang senantiasa bersitegang satu sama lainnya. Dengan adik bertengkar, dengan ibu pun selalu bermarahan tiada habisnya, atau dengan ayah yang selalu marah terhadap hal-hal kecil. Bersyukurlah, bahwa saat ini masih memiliki orang tua dan keluarga. Ingat kembali hal-hal membahagiakan yang pernah dilalui bersama, bersyukur betapa beruntungnya dikaruniai mereka dalam hidup. Tanpa mereka mungkin keadaan akan jauh berbeda dari kata baik.

Manusia cenderung baru merasa memiliki setuatu yang berharga setelah kehilangan. Maka tak heran pada akhirnya banyak timbul penyesalan. Oleh karenanya penting untuk terus mengingat apa yang sejatinya berharga dan patut untuk dijaga dan di syukuri. Dengan demikian setiap momen yang tercipta akan selalu bermakna.

Hargai apa yang ada di sekitar, sekecil apapun hal itu. Karena kita tidak pernah mengetahui kapan hal tersebut akan diambil dan apa dampak yang mungkin terjadi pada kehidupan kita. Jenuh adalah hal biasa, karena itu merupakan naluri alamiah seorang manusia dalam merespon suatu keadaan. Belajar menikmati kejenuhan merupakan kunci untuk dapat berbahagia. Bukan dengan menghindarinya.

Tengoklah Hatimu

Rumah yang tak pernah ditinggali perlahan akan semakin usang dan rusak.
Tengoklah hatimu, berapa lama engkau melupakannya.
Ingatlah, pribadimu juga pantas untuk berbahagia.

Banyak manusia yang terlupa akan tujuannya hidup di dunia. Terlalu sibuk mempersiapkan hari esok, hingga lupa pada hari ini. Ada yang banting tulang bekerja, demi membiayai kuliahnya.
Ada yang kuliah mati-matian, demi sebuah pekerjaan. Bekerja kian larut, hingga akhirnya sakit, jerih payahnya dihabiskan untuk menyembuhkan penyakitnya. Sederet kisah klasik yang terus terjadi.

Seakan dunia ada tanpa hari ini.

Sibuk membahagiakan orang lain, hingga bahagia bagi dirinya luput. Selalu mengutamakan orang lain, hingga kini lupa telah berapa lama menyapa dirinya sendiri, apa gerangan yang engkau inginkan.

Tengoklah hatimu,


Masih adakah tanda kehidupan disana

Senin, 23 November 2015

Ada kalanya, aku lebih memilih berbicara.

Pada angin lalu,
Pada ruang kosong,
Pada celah celah cahaya,
Pada deburan ombak,
Pada tetesan embun pagi,
Pada teriknya siang,
Pada gelapnya malam,

Tetapi tidak kepadamu.

Karena aku memahami, tidak akan ada sesuatu yang berarti.

Senin, 16 November 2015

Jejak Langkah Petualang

suguhan sang fajar
Salah satu hobi baruku (Hobi lama yang kini kian berkembang) adalah mendaki gunung. Agak janggal mungkin, blog yang mengatas namakan catatan petualangan tetapi tidak pernah ada tulisan mengenai petualangan itu sendiri (petualangan dalam arti sempit). Mungkin ke depannya aku akan mencoba menceritakan lebih banyak mengenai petualangan-petualanganku dalam hal mendaki gunung. 
papandayan, awal mula petualanganku
       kecintaanku akan gunung sebenarnya sudah tumbuh sejak kecil, bermula dari papandayan, gunung yang pertama aku jamah saat itu. terjun langsung ke alam liar, tanpa listrik tanpa alat elektronik sama sekali. yang tadinya biasa pulang pergi sekolah cukup naik dan turun dari mobil, terbiasa dengan cuaca panas nan membakar khas daerah perkotaan (Depok panas saudara-saudara. Haha).

Saat itu harus merasakan berjalan kaki sendiri, menanjak terjal dan curamnya tebing yang bukan tandinganku sama sekali, mengingat saat itu aku hanyal bocah ingusan dengan pengalaman kosong di dalamnya. Tetapi dari sanalah kecintaanku mulai tumbuh.

Mungkin dibandingkan dengan kakaku, aku terlogong orang yang terlambat terjun dan berkecimpung dalam hal dakian daki-mendaki. Jika kakakku sudah sejak duduk dibangku SMA mulai menjalani kegiatan mendaki gunung, bergabung dengan komunitas pecinta alam di sekolahnya. Berbeda denganku.

Papandayan hanya satu kesempatan kecilku saat itu, ditambah hiking-hiking ringan digunung gede, gunung kujang, dan beberapa bukit semasa smp dahulu. Namun tidak seserius melengkahkan kaki dengan peralatan lengkap seperti yang seharusnya.

Carrier pertamaku sebenarnya sudah aku dapatkan sejak SD dulu, selepas gunung pertama yang berhasil kujajaki. Namun, carrier itu tersimpan rapih dirumah dan baru berhasil kusentuh saat berada di bangku kuliah. Dan hingga sampai tulisan ini dibuatpun, masih cukup baik keadaannya. Carrier pink yang mencolok warnanya. Hehe, seharusnya berwarna biru, saat dibelikan oleh abi. Untukku yang berwarna biru dan untuk kakakku yang berwarna pink. Sayangnya, diambil alih oleh kekuasaan mutlak seorang kakak terhadap adiknya. Alhasil, carrier pink inilah yang akrab bersamaku mengunjungi gunung-gunung hingga saat ini. Tapi warna bukan masalah, yang jelas kebutuhanku dapat ditunjang berkat carrier ini. Haha.

Hal yang aku suka dari mendaki adalah, proses perjuangan serta ladang bagi kita untuk merenung. Karena selama perjalanan itulah, semuanya diuji. Tidak ada kesombongan sedikitpun yang bisa ditonjolkan selama disana. bahkan mencapai titik terlemah fisik serta mental adalah hal yang biasa bagi sebagian besar pendaki. Bagi kalian yang merasa terkadang suka sombong, patut dicoba untuk mendaki gunung. Sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua, bahwa memang sejatinya manusia itu kecil dan lemah, kesombongan bukanlah haknya manusia.
puncak pertama, merbabu

Selain itupun, asrinya pemandangan yang tersuguh selama perjalanan adalah harga yang sangat pantas bahkan berlebih untuk membayar keringat, pegal, serta lelah yang terjadi. Pemandangan dari serpihan surga yang tidak dapat semua orang bisa menikmatinya secara langsung. Tenggelam bersama atmosfirnya, keindahan ciptaan Allah swt. sang Maha Pencipta keindahan.

Jika kalian kagum terhadap suatu foto pemandangan yang dibawa pulang oleh seorang pendaki, percayalah kalian akan jauhhh... lebih terkagum saat melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri. Tanpa terhalang batas pandang dan frame yang memotong-motong keindahan tersebut. Sejauh mata memandang, sejauh cakrawala itu pula keindahan itu tersuguhkan untuk kalian.

keceriaan bersama mereka. 



Goresan Kecil Berarti Besar

Reisenotizen
Sadar atau tidak hidup dan kehidupan itu selalu berubah, bahkan perubahan itupun terjadi setiap saat tanpa kita sadari, minimal terlambat kita sadari. Dan sadar atau tidak sadar perubahan itu menuntun kita arah yang lebih baik. Sekecil apapun perubahan itu. Meskipun... tidak bisa disangkal banyak orang tidak menjadi lebih baik dari perubahan itu. Tetapi aku yakin pemahaman mereka selalu bertambah baik, hanya saja disutai atau tidak.

            Lambat laun kita akan sadar dan sedikit banyak merasa malu akan masa lalu kita. Padahal perilaku yang dahulupun, bisa dibilang merupakan sebuah tindak dari suatu gaya/kebanggaan kita. Ambil contoh dari tulisan-tulisanku yang sebelumnya, yang bahkan dengan tidak malunya pun aku posting kepada publik. Berharap banyak yang membacanya dan terlebih sepaham denganku.

            Namun sayangnya, kian hari jika aku buka lembaran postinganku yang lalu, selalu terdapat rasa malu dan aneh ketika melihatnya kembali. “kok bisa tulisan seperti ini keluar dari pemikiranku” (hahaha). Yah, bagaimanapun,itulah manusia. Selalu salah dan kemudian belajar dengan apa yang telah dilakukannya.

Sering kali terbersit dalam hati bahwa lebih baik aku hapuskan saja catatan-catatan alay-ku tempo dulu. Karena jauh, sudah sangat jauh perubahan yang aku alami hingga saat ini. Ingin rasanya menutup rapat-rapat kebodohan masa lalu, pengalaman masa lalu, yang mungkin memang terasa aneh apa bila dilihat kembali. Rasanya terlalu nyata apa yang aku baca.

Pada akhirnya, jatuh keputusanku untuk tidak mengubur mereka (catatan) dalam-dalam. Membiarkan mereka abadi di dalam blog ini, membiarkan mereka memberikan suguhan cerita yang berbeda setiap kali aku mengunjunginya. Karena meski pikiran dapat terlupa, tulisanlah yang akan selalu mengembalikan kenangannya. Memutar ulang serta memunculkan kembali ingatan-ingatan akan masa yang terlupa (atau bahkan mungkin dilupakan.

            Jika boleh jujurpun, tagline atau judul utama dari blog ini bahkan dari sebuah kreasi alay tempo dahulu. Saat-saat dimana aku masih kebingungan mencari sebuah nama yang “keren” atau  bisa menjual di mata orang-orang. Berbekal google dan pemahan minimalis tentang bahasa asing. Muncullah kata “Reisenotizen” yang hingga kini entah, benar atau tidaknya penulisan serta penempatan kata tersebut  (hehe). Semua adalah bagian dari masa lalu dan saksi bisu pendewasaan diri hingga sekarang ini.

            Aku memang orang senang berpetualang (baca: jalan-jalan) tidak peduli jauh atau dekat tujuannya. Lama atau sebentar waktunya, semua selalu aku posisikan sebagai sebuah petualangan. Dengan demikian akan timbul kepuasan tersendiri dari perjalanan tersebut. Itulah hal yang mendasari “Reisenotizen” lahir yang diambil dari bahasa jerman (entah benar atau tidak polanya).

Ya, catatan perjalanan. Dilengkapi dengan pemaknaan dibawahnya, catatan kecil seorang petualang. Karena aku sadar, kehidupan ini sangat penuh dengan petualangan. Bagi mereka yang senantiasa bergerak dan berhijrah, tanpa pernah mengenal kata lelah maupun menyerah. Mendapati dirinya selalu siap melangkahkan kaki, menempuh jalan yang baru demi sebuah pengalaman luar biasa lainnya.

Tetapi sayangnya aku sadar, semua hanya akan berlalu menjadi kenangan belaka. Yang mungkin akan terlupa sebagian besar bahkan keseluruhannya apabila tidak diabadikan sedikitpun. Dan sedikit adalah fakta/kenyataan terbesar kenangan yang dapat kita abadikan. Itulah mengapa hanya catatan kecil yang bisa aku torehkan disana.


Politik Kampus

Mahasiswa adalah representative penerus bangsa ini dikemudian hari. Bagaimana cerminan pemimpin pemimpin negeri ini sudah terlihat dari bagaimana mahasiswa pada hari ini. Mereka yang sedang memimpin teman – teman sebayanya adalah salah satu kandidat yang akan meneruskan tongkat pergerakan nasional nantinya.

            Berpolitik dalam rangka mewujudkan atau meraih kepemimpinan adalah hal yang pasti, sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh siapapun jika ingin menjadi pemimpin. Jika cerminan politik di parlmen sana kacau balau, kotor, penuh dengan konspirasi, serta menghalalkan segala cara untuk meraih dan mempertahankan kekuasaannya, tidaklah mengherankan. Karena kejahatan kerah putih berdaulat disana. berkumpul, bergumul dan bermakar dengan aman merusak setiap sendi – sendi negara ini secara masif. 

Yang mengherankan adalah politik di dunia kampus yang seolah meniru cara mereka dalam menggapai dan melanggengkan kekuasaannya. Tak ada bedanya dengan mereka. Menyebar isu – isu panas, fitnah sana sini, saling serang dan menjatuhkan, mengorek koreng pribadi seseorang yang sudah lama tertutup, melakukan makar yang tidak halal.

Sebenarnya apa yang mereka cari dari ini semua? Bayaran pun belum mereka terima. pangkat dan jabatan hanya hitungan hari yang singkat dan belum dikurangi oleh waktu yang efektif. Amanah yang besar harus ditanggung seorang diri, waktu yang nantinya akan tersita, tenaga yang terkuras lebih banyak, uang yang harus keluar lebih dari biasanya untuk mendukung aktivitas, menjadi sorotan dalam setiap tingkah lakunya, dipaksa untuk tidak memiliki sedikitpun cacat dalam pekerjaannya, belum lagi yang terberat adalah pertanggung jawaban dari amanah itu sendiri.

Lantas mengapa masih banyak yang beranggapan bahwa jabatan itu adalah anugerah, hadiah, prestasi, dan sesuatu yang patut untuk dikejar. Bagi mereka yang berpikir, tentulah tidak akan ada yang mau mengambilnya apa lagi merebutnya. Karena ada tanggung jawab yang begitu besar yang harus dipikul.

Belajar dari mana mahasiswa yang berpolitik hitam, padahal mereka adalah pengkritik pemerintahan yang paling keras yang pernah ada. Manusia dengan idealisme – idealisme yang paling kuat. Satu golongan yang sangat ditakuti oleh pejabat negara. Golongan yang tidak mudah disetir oleh suatu kelompok kepentingan. Yang selalu berjuang atas nama rakyat. Namun kelakuannya dalam meraih tahta tidak ada bedanya dengan mereka politikus kotor.

Indonesia belum memiliki harapan akan perubahan apabila demokrasi di tingkat kampus sekalipun masih menggunakan cara – cara yang licik. Padahal dunia kampus seharusnya adalah dunia yang bersih dari makar yang batil. Kampus seharusnya melahirkan generasi yang putih untuk menggantikan orang – orang di parlemen sana.

 Parlemen yang bersih dan jujur hanya angan belaka apabila generasi penggantinya justru menjadi penerus cara – cara yang kotor dalam berpolitik. Indonesia belum bisa berubah banyak untuk generasi mendatang, karena cerminan politik di dunia kampus tak berbeda dengan apa yang ada di parlemen sana.

Proses berpolitik yang baik dan santun dalam dunia kampus, akan melahirkan kader – kader yang terbaik untuk menjadi penerus bangsa ini. menggeser serta menggusur politikus kotor yang bertahta di parlemen sana. Barulah harapan itu akan muncul. namun nampaknya saat ini harapan itu hanyalah sekadar harapan belaka. Belum mendekati sedikitpun apa yang dicita – citakan selama ini. Karena proses politik dan demokrasi di dalam dunia kampus belum berbenah.

 Aku menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan yan mengganggu pikiranku selama ini, mengapa sampai sekarang negeri ini belum juga berubah ke arah yang lebih baik. Jawabannya ternyata tersuguh di depan mataku, termpampang jelas disini. Hanya saja aku kurang jeli untuk menyadarinya. Bahwa generasi yang diharapkan, penerus bangsa yang digadang-gadang akan membawa perubahan masih menggunakan cara-cara klasik yang dimainkan di parlmenen sana.

            Tidak ada regenerasi yang berarti. Manusia berganti, cara lama tetap berlangsung. Individu berbubah, kebiasaan tetap membudaya. Bahkan hingga ke akarnya. Bangsa ini hanya bisa berharap, kita masih memiliki waktu banyak, untuk memperbaiki semua kekacauan ini.
  

Problematika persahabatan

Melihat realita yang ada sekarang nampaknya mustahil menemukan teman yang benar – benar jujur. Mau terbuka tentang berbagai hal yang mengganjal dalam suatu hubungan “persahabatan” . tidak pernah hitung – hitungan saat menolong, dan yang terpenting bisa mengajak pada kebaikan. Visioner adalah hal biasa, tidak ada kebaikan yang tidak mengarah pada kecemerlangan masa mendatang.

Walaupun sering kali kita tersesat dalam membedakan arti visioner dengan ambisioner. Visioner tidak pernah merusak persahabatan. Visioner justru membawa kita pada suatu kebaikan dimasa yang akan datang. Menuntun kita pada apa yang harus kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan. Namun nampaknya pemahaman akan arti visioner hanya terbatas pada apa yang harus dicapai, pandangan apa yang menurutmu baik bagimu dan baik bagiku. Bukan visi namun ambisi.

Entah apa yang salah dengan diri ini. Sepertinya aku sudah terbiasa untuk menerima kenyataan bahwa aku tidak pandai untuk menjaga hubunganku dengan seseorang. Posisiku seperti berada diantara jurang dan singa. Jika melangkah aku terjatuh, jika diam aku diterkam. Tidak bertahan lama.

Mereka yang memiliki pandangan berbeda kerap kali menjejalkan sudut pandang mereka padaku, hidup bagaikan saling doktrin mendoktrin. Aku terlalu takut untuk terlalu dekat dengan mereka. Kasus yang sudah – sudah hanya menyisakan cerita bahwa akhirnya aku kesal dengan mereka dan aku memilih untuk menjauh. Mungkin ini adalah kesalahanku.

Tidak menerima mereka apa adanya, tidak siap untuk mengikuti pola pikir mereka yang tidak sepanjang pola pikirku. Kecemasanku yang berlebihan terhadap sesuatu, serta kesanggupanku untuk tidak memasukan setiap perkataan mereka dalam hati dan memaafkannya. Selalu itu, tersinggung dan tersinggung. Marah dan akhirnya kutinggalkan mereka.

Aku rindu akan masa kecilku dulu. Pemikiran yang kumiliki hanyalah bermain, pertengkaran adalah hal yang biasa. Semua berakhir pada pertengkaran juga tangisan, namun selalu ditutup dengan jabat tangan dan salam jari kelingking. Tidak pernah ada dendam sedikitpun. Ketika esok hari bertemu, lembaran baru yang putih sudah terbuka. Menggeser yang lama, melupakan kejadian kemarin. Siap untuk memuliai hari yang baru.

 Namun sayang, entah dimana mereka sekarang teman-teman masa kecilku. Ketika berpapasan aku merasa canggung untuk menyapa mereka. Sudah terlalu lama terpisah oleh waktu. Bahkan untuk senyum kecil dibibir ini rasanya berat untuk kuberikan. Betapa anehnya hal ini, padahal jika dingat, sungguh dekatnya kami dulu. Sekarang? Seperti sudah tidak saling kenal.

Harus diakui memang. Teman datang dan pergi, silih berganti. Tanganku tidak cukup kuat untuk menggenggam mereka semua tetap bersamaku. Ketika waktunya tiba, tidak ada yang bisa aku perbuat, hanya mengucap terima kasih dalam hati karena pernah menjadi bagian hidup ini. Dan berharap suatu saat kita masih bisa mengulang saat – saat itu. Entah kapan waktunya. Tetapi aku yakin, akan ada saatnya dimana kita akan kembali saling menyapa.

Persahabatan paling lama yang bisa kujalin hingga saat ini sekitar 4 tahun lamanya. Dan aku berharap hal ini masih bisa terus berlanjut. Sayangnya kini aku berada pada masa sulit, masa yang baru. Dimana aku sedang merantau di suatu tempat yang baru. Tanpa seorang pun teman lama.

Aku harus membangun relasi baru dengan orang – orang yang baru. Memulainya dari awal. Sungguh menyedihkan. Jujur saja, apa yang aku bangun sekarang ini sungguh berbeda dengan masa-masa ketika SMA dahulu. Kini aku lebih sulit menerima mereka, dengan sifat – sifat yang lebih beragam dan kompleks. Munafik.

Aku sangat merindukan kawan – kawan SMA ku. Sungguh. Tetapi aku masih berharap bisa membangun sesuatu yang baru disini tanpa kehilangan mereka. Seperti apa yang sudah aku alami sebelumnya. Teman SD, SMP, Boardingku.. ah mereka entah kemana sekarang. Hanya lembaran lama. Yang entah apa aku bisa, kembali kesana.

Aku masih harus banyak belajar, untuk menerima sifat teman – teman baruku sekarang ini. Merangkul mereka dan berjalan beriringan dengan ambisi yang berbeda namun visi yang sejalan. Aku harap aku bisa.


Semoga.

Senin, 06 April 2015

It’s been a long time

It’s been a long time bro.. masih mau begini aja? Gak mau usaha buat nyari pengganti yang baru?
       Sebelum aku menjawab pertanyaan ini, aku ingin balik bertanya kepada kalian.
Seberapa pentingkah hal itu?
Apakah salah jika keadaan tetap seperti ini?

Aku tidak ingin memberikan banyak alasan ataupun penyangkalan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena akupun  merasa memang tidak memiliki sebuah jawaban yang pasti. namun, hal itu membuatku berpikir, keadaan apa yang menyebabkanku menjadi demikian?

Apabila diingat-ingat lebih jauh mengenai hari-hariku..

Padatnya jadwal kuliah yang menyita waktu
agenda rapat organisasi yang anehnya ada saja setiap hari
kajian strategis mengenai isu-isu dan permasalahan yang bahkan belum aku mengerti
pendalaman materi
kegiatan kegiatan lain yang silih berganti menghiasi jadwal mingguanku
bahkan rasanya aku sudah tidak mengenal apa itu hari libur lagi

Dari itu semua aku memahami satu hal, bahwa ketika aku merasa tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan aktifitasku, saat itulah aku merasa benar benar hidup. Tidak ada waktu yang terbuang percuma dengan hal hal kosong yang tidak berguna. Tenaga dari seorang pemuda yang menguap begitu saja tanpa hal yang berarti. Dan sejujurnya, tidak sempat lagi terbersit pikiran tentang itu atau hal bodoh lain dan sebagainya.

Disinilah zona nyamanku berada, zona yang nyaman dalam berbagai macam tekanan. Zona yang senantiasa menuntutku untuk melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang biasa aku lakukan. Zona dimana proses pendewasaan diri terus menerus dilakukan ke arah yang lebih baik. Zona dimana terus muncul berbagai macam masalah yang membuatku semakin merasa hidup. Zona nyaman yang memaksaku untuk keluar dari sana, menciptakan kenyamanan yang baru di dalam ketidak nyamanan.

That's why I never thought about a relationship. Mataku baru terbuka, mengapa selama ini aku begitu sempit memandang suatu hal. Dunia bahkan tidak kiamat ketika orang yang kalian cinta pergi meninggalkan kalian. Matahari ternyata masih bersinar dengan gagahnya, senja masih tetap indah menyuguhkan pemandangan cantiknya. Malampun demikian, tetap teduh menaungi anak anak manusia yang terlelap dalam tidurnya. Tidak ada satupun sunnatullah yang berubah.

Hanya saja kita yang tidak terbiasa dengan kepergiannya. Bahkan saat dipikir-pikir, kepergian itu merupakan hal yang terbaik yang pernah terjadi. Aku jadi memahami bahwa selama ini aku menjalani hubungan dengan orang yang salah. dengan omong kosongnya yang selalu dia bawa. Bahwa pengorbanan dan apapun yang telah aku berikan tidak dihargai olehnya. Dan tentunya, ada orang lain nantinya yang lebih pantas untuk mendapatkan hal itu. Kesalahan dimasa lalu seharusnya menjadi pelajaran yang teramat berharga. Betapa pengorbanan serta tanggung jawab yang tidak pernah dihargai adalah salah satu bukti, bahwa janjiku telah lunas.

  Jadi apa jawabanku? Aku tidak memiliki waktu untuk hal itu.

Bukan, bukannya aku menganggap hal itu tidaklah penting. Hanya saja saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Cobalah untuk berpikir apa yang sudah kita miliki sekarang ini? Untuk kehidupan sehari-haripun masih menadahkan tangan pada orang tua, merasa malu lah bagi mereka yang mebiayai hidup orang lain padahal dirinya sendiri masih meminta minta.

Belajar adala tujuan utama pada jenjang kehidupan saat ini, berapa banyak ilmu serta prestasi yang sudah kita ukir.. adalah pertanyaan yang mengiringinya. Maksimalkan waktu yang ada saat ini untuk terus menerus menuntut ilmu juga menggali potensi diri. Dan bagiku, semua ini sudah cukup menyita waktu dan tenaga. Untuk apa ditambah dengan hal-hal yang berbau omong kosong serta keabu-abuan.

Apa yang sudah kita lakukan pada umur yang kesekian ini. Lihatlah orang lain diluaran sana. Hidupnya sudah sejahtera dengan bisnisnya yang semakin berkembang pesat, ada pula yang sedang meniti kerajaan bisnisnya dengan susah payah. Jangan lupakan mereka yang sedang sibuk sibuknya mempersiapkan diri untuk perlombaan. atau ada pula yang mungkin saat ini sedang plesiran ke luar negeri dan berdiri di podium podium kehormatan sebagai delegasi Indonesia untuk forum internasional. Mereka mengharumkan nama bangsa ini berikut pribadinya.

Sementara kita, apa yang sudah kita lakukan?


Berangkat dari hal hal demikianlah aku tersadar, bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat. Masih ada jutaan aktifitas yang harus dilakukan untuk mengembangkan diri ini menjadi seorang yang lebih besar lagi, bijaksana lagi. Biarlah aku menjalani apa yang sedang aku jalani. Fokus untuk menata hidup yang lebih baik lagi. Karena ada berjuta hal yang lebih penting untuk kulakukan sekarang ini ketimbang sekedar memikirkan omong kosong tersebut.

Senin, 15 September 2014

I Love Traveling

Aku harap label traveler pantas untuk aku sandang, karena jujur saja, aku adalah tipe orang yang sangat sulit untuk berdiam diri disuatu tempat dalam jangka waku yang lama tanpa memiliki aktivitas yang menyita waktu. Setiap waktu luang yang aku miliki pasti sudah terbersit keinginan untuk pergi. Aku tidak suka berdiam diri, bayangan akan masa lalu pasti datang menghampiri. Mengganggu ketenanganku, merusak suasana dan memaksa untuk bernostalgila.

Aku cinta traveling.

Karenanya aku bisa meridukan kembali satu nama yang disebut rumah.

Karenanya aku memiliki waktu untuk diriku sendiri.

Karenanya aku memiliki kesempatan untuk mengenal dan mensyukuri ciptaanNya.

Karenanya aku bisa mengenal apa itu dunia.

Karenanya aku bisa memaknai hal apa saja yang terjadi dalam hidup ini.

Karena saat aku melakukan traveling, saat itu aku bisa merasakan pertualangan.

Petualangan adalah saat dimana perjalanan bukan hanya terfokus pada tujuan, namun saat aku bisa menikmati setiap langkah yang aku lakukan untuk bisa sampai disana. Ketika setiap detik yang aku habiskan menjadi sangat terasa berarti, waktu yang singkat menjadi terasa lama. Meskipun jauh dan sulitnya medan yang harus ditempuh, tetapi bibir ini masih bisa memberikan senyum terbaiknya. Itulah petualangan.

Ada dua hal yang menjadi hambatan utamaku saat aku ingin traveling.

Pertama, kemana aku akan pergi.

Kedua dengan siapa aku pergi.

Kemana dan dengan siapa menurutku adalah sesuatu yang relatif, saling menggantikan. Asalkan ada salah satu diantara keduanya tidak jadi masalah.

Hambatan pertama adalah kemana aku akan pergi. Tanpa tahu arah mana yang aku tuju mustahil aku bisa melangkah, namun apabila sudah memiliki tujuan, sendiripun akan aku laksanakan, walaupun sangat terkesan jomblo *ngenes*. Sekadar sharing, perjalanan sendirian itu tidak seburuk kelihatannya kok, justru dengan kesendirian, perjalanan akan lebih terasa (sepinya). Objek-objek yang lalu-lalang tersuguhkan sepanjang perjalanan akan sangat terasa, perjalananpun menjadi lebih membekas dalam ingatan.

Hambatan kedua juga tidak jauh berbeda. Dengan siapa aku pergi. Ya, jika sudah ada yang mendampingi petualangannku, tidak penting lagi kemana arah dan tujuanku. Semua adalah sama, semua akan terasa bermakna. Perjalanan tersebut juga akan menjadikan ikatan atau hubunganku menjadi lebih baik lagi. Building a good relation. Hal-hal yang sebelumnya tidak aku ketahui tentangnya (partner travelingku) bisa aku ketahui, bertukar pandangan tentang berbagai macam hal, menggali informasi-informasi baru (gosip), dan banyak hal positif yang bisa aku tampung darinya.

Kemana atau dengan siapa aku pergi nampaknya menjadi dua sisi mata uang buatku. Jika salah satu sisi muncul, maka sisi yang lain akan terbaikan olehku, bukan lagi menjadi sebuah hambatan. Tinggal sisi bagian mana yang Tuhan berikan padaku saat aku merindukan traveling. Disaat ada tujuan yang tiba-tiba aku idamkan, mungkin inilah jawabannya. Saat pula ada orang yang bersedia atau bahkan mengajakku untuk menjadi partnernya, mungkin juga inilah jawaban Tuhan yang lainnya.

 Oiya, mungkin ada sedikit pertanyaan mengapa uang tidak menjadi prioritas hambatanku. Sebenarnya uang juga dalam beberapa kondisi menjadi hambatan. Hambatan yang besar bahkan. Tetapi mengapa aku mengesampingkan hal ini karena uang hanyalah sarana untuk membawaku sampai pada tujuan. Uang hanya menggeser waktu perjalananku, sampai aku memiliki cukup biaya untuk pergi.  Semakin banyak uang yang aku miliki hal itu berarti bisa semakin jauh tujuan yang aku lempar dan semakin nyaman pula fasilitas yang aku dapatkan.

tetapi untuk apa...

Untuk apa nyaman? Jika tujuan dari traveling adalah keluar dan membuang segala bentuk perasaan nyaman terhadap rumah. Mencari suasana baru dan menikmatinya hingga aku bisa merindukan rumah. Perjalan terbaik adalah saat dimana aku bisa kembali merindukan rumah.

Untuk apa jauh? Masih banyak destinasi yang berada disekitarku yang masih bisa dan sangat layak untuk aku jamah. Tidak penting seberapa jauh apabila perjalanan itu tidak bermakna.

Kembali lagi pada persoalan uang. Saat ini memang aku hidup masih menadahkan tangan pada orang tua, menunggu jatah bulanan untuk menyambung hidup. Namun kemanapun aku pegi, aku tidak pernah meminta lagi pada orang tuaku. Aku hanya memberitahu kepada mereka kemana aku akan pergi, sesekali pula aku meminta izin, walaupun lebih sering hanya memberi informasi. Jika mereka sedang berbaik hati, cairlah dana untukku, untuk menambah bekal perjalanan. Namun bukan sebagai sumber utama. Cukuplah selama ini aku menggantungkan beban kepada mereka. Aku bisa menyisihkan uang yang aku miliki, jika sudah cukup barulah aku mulai perjalanan tersebut.

Mengapa aku sangat mencintai traveling, mungkin jawaban sederhana yang bisa aku simpulkan adalah karena aku tidak suka berdiam diri, karena aku pensaran akan hal-hal baru. Namun sadarkah, bahwa sejatinya hidup ini adalah perjalanan? Mengukir sejarah di dalam setiap langkah, mengisi lembaran baru di kertas yang masih kosong. Bukan hidup namanya jika hanya berdiam diri, hidup akan terasa lebih hidup saat aku bisa melangkah ke tempat yang asing dan unik. Saat aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri, saat itulah aku bisa mengenal siapa diriku.


Lakukanlah petualangan, kemanapun tujuan yang bisa kalian bayangkan. Pertualangan bukan hanya terpaku pada satu destinasi wisata, semua tempat bisa menjadi sarana kalian untuk berpetualang. Maknai betul apa yang kalian alami, langkah demi langkah, detik demi detik, momen demi momen yang kalian alami. Jika kalian bisa memaknai apa yang telah kalian lewati, kalian telah berpetualang. 

Minggu, 31 Agustus 2014

dont judge book by the cover


(Sabtu, 30/08/14) Akhirnya  tiba juga pada hari keberangkatanku ke semarang. Tidak ada yang spesial memang, aku telah menyiapkan hati untuk meninggalkan kota ku dengan berjuta kenangannya. Perjalanan ini bukan yang pertama, bukan pula yang terakhir. Yang aku ketahui adalah perjalanan ini merupakan rutinitasku selama beberapa tahun ke depan. Kereta ekonomi yang cukup nyaman dengan harga yang sangat bersahabat adalah pilihan utama yang tersedia. 6 jam kurang lebih waktu yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

Tidak ada yang berbeda, seperti perjalanan pertamaku beberapa waktu lalu. Bedanya kini aku sendiri, benar-benar sendiri. Tidak lagi ada ibu atau ayahku yang mendampingi, bagiku mungkin ini sudah terlampau biasa, mengingat apa yang aku alami tiga tahun belakangan memang kulakukan sendiri, sebisa mungkin tanpa merepotkan mereka.

Ada hal menarik yang ingin aku bagi disini, pengalaman di kereta saat aku bertemu dengan kelompok pecinta alam, satu deretan kursi dengan mereka untuk 6 jam perjalanan ke depan. Sekilas penampilan mereka berantakan, rambut yang tidak teratata rapih, celana belel dan sobek sana sini, tas carrier yang ukurannya tidak tanggung-tanggung, serta sepatu mereka yang khas.

Kesan pertama yang aku dapat adalah rasa ketidak nyamanan terhadap mereka, mungkin perasaan ini kurang lebih sama saat harus berhadapan dengan anak-anak punk. Menyeramkan, merasa terganggu, dan hal negatif lainnya. Tamat sudah riwayatku untuk 6 jam ke depan. Jika ada kesepatan mungkin aku bisa berpindah tempat duduk atau melompat dari kereta dan berguling-guling. Ketimbang harus tetap berhadapan dengan mereka selama perjalanan. Skak- mat!

Namun.......

Ternyata............

Sanagat tidak terduga...............

Dari sini aku belajar satu hal.....................

Dont judge book by the cover! Yah, alih-alih menilai buruk orang hanya karena penampilan rasanya kurang tepat, meskipun ada benarnya juga. Kesan pertama hadir melalui penampilan, setelah itu mengarah ke sikap pribadinya. Mungkin gaya mereka berantakan, atau bahasa halusnya natural. Namun tidak kusanggka ternyata mereka cukup friendly. Haha. Walaupun agak ramai, banyak bicara, namun hal itu tidak lantas membuat orang lain terganggu.

Pembicaraan pertamaku dengan mereka dimulai saat berbagi colokan listrik, dimana di kereta ini hanya tersedia satu colokan untuk dua baris kursi yang saling berhadapan, terbayang sudah satu colokan harus dibagi untuk enam orang. Masing-masing mungkin hanya punya waktu satu jam.. untungnya aku membawa terminal listrik rusak..

Ya, terminal listrik rusak.. tanpa aku sadari yang aku bawa adalah barang yang sudah rusak-_- sedikit malu terhadap mereka karena memberikan barang yang sudah rusak. Namun disinilah pendangan negatifku tentang mereka perlahan mulai berubah. Dengan peralatan gunung mereka, barang itu dibongkar dan diperbaiki.. hingga akhirnya berfungsi kembali. Akhirnya kami pun bisa berbagi listrik, listrik untuk semua. Semua harus dapat menikmati lisrik. Dan lisrikpun yang menyatukan kami. *skip*

Setelah kejadian itu sedikit demi sedikit pembicaraan kami dimulai, oiya. Ada yang terlupa, mereka adalah kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Mungkin nama mereka tidak perlu aku sebutkan. Pendaki independent, begitulah mereka menyebut dirinya.. yang mendaki karena sebatas kecintaan terhadap alam, tanpa sponsor, tanpa media, apa lagi pencitraan. *ini kemana-mana topikya*

Dari pembicaraan mereka tercermin bahwa mereka orang yang cukup berpendidikan. Dari apa yang mereka lakukan tergambar bahwa sebenarnya mereka memiliki ekonomi yang cukup atau bahkan berlebih. Bayangkan, untuk perjalan jauh misalnya, paling tidak mereka harus mengeluarkan uang untuk transport, peralatan gunung, uang perizinan, dan sebagainya.

Walaupun penampilan cukup unik, namun gaya bersosialisasi mereka cukup baik, terbukti obrolanku dengan mereka sangat nyambung, dengan siapapun yang mereka temui, mereka bisa berdiskusi tentang berbagai macam hal, dengan anak kecilpun mereka akrab, tanpa rasa takut balita mau mendekat dan bercanda dengan mereka.

Dan satu hal yang membuatku kagum yaitu kecintaan mereka terhadap lingkungan. Meskipun mayoritas mereka adalah perokok yang cukup berat, mereka sangat menghargai sesama. Tidak merokok di kamar mandi atau di celah gerbong kereta seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Sangat berbeda dengan pria berpakaian rapih disebelahku yang tanpa rasa malu mengepulkan asap di tempat duduknya. Mereka mencuri-curi waktu untuk merokok ketika kereta sedang berhenti di stasiun transit. Itupun mereka lakukan hanya di smoking-room yang tersedia. Sehingga tidak ada satu orangpun yang terganggu. Jikalau selama ini aku selalu benci pada seorang perokok, justru kali ini aku menaruh hormat kepada mereka.
    
        Kesanku untuk perjalanan kali ini adalah luar biasa, waktu 6 jam tidak terasa saat berinteraksi dengan mereka, bertemu dengan individu baru yang dapat aku jadikan pelajarang, dapat aku ambil contoh baiknya. Akupun berkaca diri bahwa ternyata aku ini hanyal kecil di semesta, banyak sikap yang harus aku perbaiki, dan akupun masih harus berkaca diri.

Salam hormatku untuk kalian, para pecinta alam.

Selasa, 19 Agustus 2014

GIRLS OF SCIENZATION A


Diluar perkiraan, setelah postingan tentang anak laki-laki di scienzation selesai dipublish. Pada awalnya aku berpikir banyak yang tidak suka dengan apa yang telah aku buat, namun ternyata sebaliknya. Dan beberapa permintaanpun muncul untuk membuat cerita tentang anak-anak perempuan juga. Sebelumnya sempat ragu, bisakah aku membuatnya? Satu dari sekian alasan muncul dalam benak ini. Alasan utamaku karena banyaknya anggota perempuan dalam scienzation-_-

Well, bagaimanapun patut dicoba juga bukan? Baiklah.. aku akan coba gambarkan sedikit tentang mereka, keluarga kedua ku yang mungkin tidak akan bisa lagi aku temui seperti pada kesempatan-kesempatan lalu. Tulisan ini aku buat sebagai penyeimbang, sekaligus penjelasan tentang kelasku, bahwa di scienzation juga ada perempuannya (oke semua juga tahu) dan mereka juga tidak jauh berbeda gilanya dengan anggota laki-laki.

Kembali aku meminta maaf pada kalian, yang namanya terdapat di dalam tulisan ini.  Mungkin nama kalian yang sebelumnya terlihat baik, atau bahkan terlalu baik akan sedikit tercoreng akibat perbuatanku ini. Sekali lagi aku mohon maaf. Sesuatu yang mungkin buruk dimata kalian yang aku ceritakan disini memang sengaja aku beberkan. Perlu kalian ketahui, keburukan di mata kalian belum tentu  buruk dimata orang lain, pun sebaliknya, baik di mata kalian belum tentu baik di mata orang lain. Aku hanya ingin mengingatkan kembali apa yang pernah kita perbuat bersama-sama. tidak pernah ada maksud untuk menjelekan kalian.

Girls of scienzation A, yang aku ketahui tentang mereka..
bersama wali kelas ter..... cinta

Amalia Insani Ahmad: amel, perempuan cempreng dan subur yang hobinya tidur dikelas. cara tidurnya pun unik, sangat pandai berkamu flase, seakan terlihat sedang konsentrasi belajar, namun rupanya sangat asik terlelap.Tidak pernah menyiakan waktu luang untuk tidur, kalau di laki-laki ada muadz dan wimo yang bersaing untuk mendapatkan gelar rajanya tidur, amel sudah mengukuhkan gelar ratu tidur di kelas, tanpa ada yang bisa menyainginya. Secara umum dia cukup asik, pandai, dan bisa berbaur dengan anggota kelas yang lainnya.

Arifah diana: bu dokter scienzation ini adalah perempuan paling dewasa di kelas, jauh melampaui usianya. Pintar dalam hal kepemimpinan dan mengambil keputusan penting, banyak hal yang dapat diatasinya selama kami bersama. Jikalau tuhan mengumpulkan anak dengan keragaman yang berantakan di kelas ini, mungkin arifah adalah penyeimbangnya. Sehingga kelas tetap berjalan dengan benar.

Asagaya astuti: asa, tidak banyak mungkin yang bisa aku ceritakan tentangnya. Dekat dengan amel, devi, dan dessi, kalau anak laki-laki selalu berbaur dan bermain bersama, kebanyakan dari anak perempuan membentuk kelompoknya masing-masing. Meskipun seiring berjalannya waktu mereka akhirnya bisa menyatu juga. Oiya, aku dapat hadiah gelas darinya saat acara tukar kado! Terimakasih, hadiahnya sangat bermanfaat buatku.

Benazir putri minggi arba: bena, perempuan mungil yang memiliki suara dengan frekuensi diluar ambang batas aman ini sangat aktif. Jikalau ada pemeriksaan suara layaknya razia knalpot kendaraan, mungkin dia sudah kena tilang jutaan kali. Sebenarnya dia cukup baik, suka menolong dan sebagainya. Sayangnya sempat dimusuhi oleh kelas pada semester-semester awal karena kelebihannya. Pada akhirnya kami kembali berdamai dan dekat dengannya lagi. seperti pepatah klasik, bisa karena terbiasa. Anggota kelaspun akhirnya kebal dengan keunikannya.

Cut balqis raihatul jannah: baal. Perempuan dengan kecepatan prosesor yang sangat dibawah rata-rata manusia normal. Kalau diumpamakan dengan prosesor komputer, mungkin  dia mendapat grade- pentium ½. Sedang yang lainnya sudah quad-core dan berbasis I3 keatas. Kalau lagi ngobrol selalu paling akhir nyambungnya, orang lain sudah selesai tertawa dia baru bertanya. Hal yang paling menyebalkan adalah ketika ujian tengah berlangsung. Selalu menjawab tidak tahu dan tidak mengerti tentang materi ujian. Selesai paling akhir pula, seakan akan memang bodoh dan tidak mengerti. Namun hasil akhirnya sering mendapat niali sempurna atau yang paling bagus diantara anggota yang lainnya. Semoga tuhan membalas.

Dessi dwi septian: dessi, perempuan yang mungkin paling alim di scienzation. Berjilbab paling syar’i dan tidak mau lagi bersentuhan dengan laki-laki. Paling rajin dikelas, bersama putri sang juara kelas. Hobinya adalah belajar, sangat tidak mencerminkan scienzation. Diantara yang lainnya, mungkin rumah yang terjauh adalah dia, di bojong. Dan jangan lupakan tentang kisah cintanya dulu dengan Ahmad. Dari keduanya dapat dijadikan pelajaran bahwa cinta membawa keikhlasan (dan kebodohan) yang sangat besar. Ahmad rela mengantarnya ke rumah. Padahal jarak rumah mereka berdua seperti kutub utara dan selatan dalam kompas. Yang satu di kalibata dan satu lagi di bojong, dari utara ke selatan. Sungguh hebat cinta itu.

Devi trasisti: boyo, entah apa motivasinya anggota kelas memanggilnya dengan julukan ini. Hanya karena tempat lahirnya di boyolali, kampung halam orang tuanya. Anak yang paling antusias di scienzation, selalu bertanya bahkan untuk hal-hal yang tidak penting dan semua orang pasti tahu jawabannya.  Tidak jarang anggota yang lainnya dibuat emosi. Satu lagi, ketawanya sangat memiliki ciri khas, saranku adalah segera patenkan suara ketawa itu ke lembaga haki, atau daftarkan ke guines book of record! Kamu pasti kaya. Ahahaha *ketawa ala boyo

Dina syahidah amani: anak yang paling diam di scienzation. Harus diakui, sekompak-kompaknya scienzation masih gagal untuk bisa membaur dengannya, guru yang hebat sekalipun tidak bisa menanganinya. Entah apa yang salah dengan ini, semua anggota kelas sudah berusaha untuk mengajaknya begabung. Tapi tetap saja hasilnya nol. Bagaimanapun, dia tetaplah bagian dari keluarga ini.

Fatiya zahra: patiya, ibu-ibu rumah tangga able. Sebagaimana gelarnya, dia sangat suka menggosip tentang segala hal bersama geng-nya. Selalu punya unek –unek yang wajib disampaikan ke semua orang, aku sebenarnya khawatir bergaul dengannya, takut banyak dosa. Secara sering sekali ngomongin orang. Tetapi dibalik itu dia memiliki pribadi yang cukup unik. Periang dan sangat sensitif, untuk sesaat dia bisa menjadi sangat ceria, tertawa, bercanda, bernyanyi bersama-sama, namun untuk beberapa saat ke depan tiba-tiba bisa sedih. Sungguh tidak manusiawi.

Fernanda chairunnisa: Fera, bocah paling mungil dan juga paling galak di kelas, anaknya asik tetapi suka kejam saat mencubit seseorang, sakitnya bisa menyayat hati. Biarpun kecil dia adalah atlet taekwondo yang profesional. Tuhan menciptakan kelebihan dalam tubuhnya yang kecil. Saran dariku, jangan bercanda dengan dia, cubitannya benar-benar kejam. Sama seperti beberapa anak lainnya, dia memendam cita-cita menjadi dokter, moga apa yang diimpikanya tercapai. Usaha dan kegigihanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Hobi bernyanyi lagu anak-anak, seharusnya semua anak sd-smp seperti ini. Baik, tidak perlu diragukan, sama seperti mayoritas anak scienzation dia juga pintar, sayangnya suka mencubit. Oke ampun, nanti di cubit lagi-_-

Marina laksmidara: ibenk, atlet basket tinggkat kelas ini tidak usah diragukan lagi kemampuannya. Memendam cita-cita untuk kuliah di psikologi bersama dengan kimi, meskipun pada akhirnya dikhianati karena kimi dapat kuliah duluan. Perempuan yang asik dan dermawan. Jangan lupakan tentang bernyanyi, suaranya bagus, walaupun tidak sebagus jaki. Hafal bermacam jenis lagu dan sangat asik untuk diajak bernyanyi bersama di kelas. Catatan, saat karoke bersama usahakan disebelahnya, dan berada sejauh mungkin dari jaki dan asep.

Maulida hanifa: ifa, jikalau setiap kelas punya anggota yang paling alim tentunya ada yang tidak. Ifa mendapatkan gelar besar dari anggota lainnya, rasanya sulit untuk tidak mengakuinya sebagai cabe. Entah dari mana motivasinya, julukan itu sudah melekat. Sangat menyukai bidang fashion, walaupun di kelas tidak ada yang peduli. Justru lebih menghargai dia yang apa adanya. Sungguh kelas yang luar biasa jauh dari kepura-puraan. Sebagai wanita, dia juga senang menggosip tentang berbagai macam hal. Rumahnya cukup jauh, hebatnya dia tidak pernah terlambat sekalipun ke sekolah, satu hal yang patut di contoh oleh muadz dan bena.

Nabila shafarien susilo: jejen, nabila, caling, shafa. Sangat membingungkan, dari mana panggilan yang tidak ada nyambungnya dengan nama asli ini bisa muncul. Hanya kelas ini yang bisa begitu. Kalau disetiap kelas ada tokoh yang baik dan protagonis, dia berada di sisi seberang, sebagai tokoh antagonis. Harus hati-hati dengan psikopat yang satu ini. Tidak penah ngantuk dan tidak pernah tidur di kelas, sangat luar biasa. Orang bilang ngantuk itu menular, hanya psikopatlah yang tidak tertular, penjelasan ini lebih dari cukup untuknya. Dia sangat asik untuk diajak bercanda dan bercerita, salah satu anggota gosiper kelas bersama geng-annya. Kepintarannya tidak perlu diragukan, salah satu penghuni lima besar ranking kelas.

Najwa wafiyah az zahra: wawa, bocah. Duo kecil bersama vera ini sangat heboh dikelas. Lenjeh dan nempel dengan laki-laki manapun. Kalau anak laki-laki sedang bermain atau jalan, dia sering ikut, walaupun menjadi satu-satunya perempuan yang ada disana. Anak osn biologi, dan pintar di bidang matematika. Salah satu penghuni 5 besar di ranking kelas. Jadwal belajarnya tidak perlu ditanya, dia ikut berbagai macam les, entah itu inggris dan bimbel. Meskipun jadwalnya padat tetapi tetap punya waktu untuk hang-out. Aneh.

Putri hidayatul islam: putri, wanita yang sangat dipuja-puja oleh ihsan ini adalah orang yang menduduki ranking satu di kelas, singga sananya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun hingga lulus, selalu ranking ke-1. Sayangnya cukup jutek dan cuek, penagih hutang kas paling hebat di kelas, jika selama ini baal tidak pernah berhasil menagih uang dari anak-anak, putri selalu berhasil menjalankan aksinya, semua tunduk dan patuh tanpa bisa mengelak untuk membayar. Untungnya dia tidak suka berkecimpung di dunia kepemimpinan, jka tidak masa depan kelas atau bahkan negara ini bisa terancam oleh kediktatorannya. Berbahaya.

Sarah al qibtiyah: cukip, aku bingung meletakannya di bagian girl or boy. Sebenarnya dia perempuan yang cukup anggun dan cantik, jika dia mau bertindak seperti itu. Namun jiwanya sangat tomboy, mungkin jiwa laki-lakinya terperangkap dalam tubuh perempuan. Hobi meminjam cbr milik asep. Jangan lupakan juga bahwa dia adalah atlet pencak silat yang sangat hebat,  pintar, tidak perlu diragukan lagi.

Sela diah kenanga: sela, calon bu dokter yang gak jadi-jadi, ditolak sana sini oleh perguruan tinggi, tetapi usahanya tidak pernah padam. Cukup lenjeh dan dekat juga dengan semua anggota laki-laki di scienzation. Sahabatnya baal, tapi sering dhianati oleh baal sendiri, bahkan tak jarang bully-an justru berasal dari sahabatnya ini. Dia adalah panitia kelas, tanpa ba-bi-bu sering kali langsung mengambil alih urusn kelas, dan pada akhirnya justru repot sendiri. Meski demikian kelas sedikit banyak terbantu olehnya, tidak perlu repot-repot memilih siapa yang harus diberi tanggung jawab.

Zahra alyani fauhan: zahra, moppy. Panggilan unik lainnya yang dimiliki anggota scienzation. Dia termasuk juga ke dalam jajaran bocah, suara dan sifatnya yang kekanak-kanan tidak bisa lepas dari penilaiannya, sayangnya dia sering sekali sakit, absensnya cukup menyita mata bagi yang membaca jurnal kelas. dia adalah sepupunya ihsan, menjadi satu-satunya orang yang memiliki hubungan darah dengan anggota lainnya di dalam kelas ini. Yang tidak boleh dilupakan darinya adalah ia sering kali membawa makanan dan membagikannya ke anak laki-laki. Kalau sudah begini kelas bisa jadi ricuh dan memakan korban.

Zakiyah hamidah hasibuan: jakiya, bude, konde. Yap  perembuan berdarah batak ini mempunyai konde paling hebat, kondenya sangat sering menjadi korban keusilan anak laki-laki. Saranku sama seperti bena, segera daftarkan ke haki dan guiness book of record, kalian pasti akan kaya. Untuk ukuran wanita, dia memiliki selera makan yang banyak, tanpa perlu takut kegemukan. Seharusnya semua wanita bisa seperti dia, karena cantik itu seharusnya apa adanya.

Nurrahmah amaniyah: ama, kehadirannya di kelas terhitung hanya satu tahun. Pada saat kenaikan kelas XII dia baru pindah dari pesantren, namun rasanya sudah seperti mengenal lama dengannya. Jangan pernah lupakan pula cara tuhan mempertemukan seseorang, tuhan punya rencana tersendiri yang indah, yang hanya bisa terjawab oleh waktu. Sebagai anak pesantren tulen, kemampuannya di bidang bahas arab tidak perlu diragukan lagi. Mungkin inilah tujuannya mempertemukan kami. Dia sangat-amat-super membantu dalam ujian bahasa arab, semua anak kelas dibantu olehnya untuk membuat karangan dalam ujian praktek, bahkan kelas lain pun mendapat bantuan darinya.

Yak, akhirnya selesai sudah semua diceritakan. Merekalah perempuan-perempuan hebat yang bersamaku semasa sma, di masa remajaku. Dari mereka, gambaran tentang anak-anak sma yang selama ini aku ketahui ternyata lain, mungkin kami adalah contoh baik dari sekian banyak gambaran miring tentang remaja sma yang sudah kita ketahui bersama. Secara keseluruhan mereka luar biasa, memiliki impian yang bisa dipertanggung jawabkan. Memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat erat. Jauh dari pergaulan masa kini yang hedonis.

Aku berterima kasih pada kalian semua, berkat kalian apa arti dari persahabatan kini terjawab sudah. Dan aku sangat bangga mengakui kalian sebagai teman. Harapanku adalah ikatan ini akan selamanya berlangsung, meskipun masa-masa kita sudah berakhir. Aku tidak ingin kalian hanya menjadi temanku ketika semasa sma, aku ingin menghapus label itu, teman sma menjadi teman. Karena teman sma hanya berjalan tiga tahun, namun teman berarti selamanya.

Aku bangga mengakui kalian sebagai teman, dan aku harap kalian juga demikian. Jangan ragu untuk menyapaku saat bertemu, jangan sungkan untuk menghubungiku saat kalian memiliki problema, jangan sungkan. Karena aku juga berharap demikian saat aku membutuhkan kalian. hehe

Sesuatu yang nyata saat ini adalah hari-hari dimana kita bersama sudah berakhir. Hanya doa dan ikatan silaturahim yang dapat kita pegang bersama, itulah yang akan selalu menghubungkan kita, walau sejauh dan selama apapun kita terpisahkan. Jika kalian memegang teguh itu, ikatan kita akan selalu ada.


Dariku, orang yang menganggap kalian sangat berati.


bonus untuk kalian





senyum kebersamaan